05 Mei 2025

Makassar Diproyeksikan Jadi Role Model Pengelolaan Sampah Berbasis Energi di Sulsel




Muliainfo.com, Makassar– Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus mendorong terwujudnya Kota Makassar sebagai perwakilan daerah dalam program percontohan pengelolaan sampah berbasis energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan upaya nasional dalam memanfaatkan limbah menjadi sumber daya yang bernilai guna tinggi.


Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, menegaskan bahwa pihaknya telah mengusulkan Makassar untuk menjadi salah satu kota percontohan penerapan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF), sebuah sistem pengolahan sampah yang mampu mengubah limbah menjadi bahan bakar alternatif.


“Pak Wali Kota, insya Allah Makassar akan menjadi salah satu daerah unggulan dalam program pengelolaan sampah berbasis RDF. Kami sudah lakukan uji coba di Kabupaten Pangkep,” ujar Gubernur dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJMD di Lapangan Karebosi, Senin (5/5/2025).


Teknologi RDF merupakan metode yang mengolah sampah menjadi bahan bakar setara batu bara, yang selanjutnya bisa digunakan oleh industri seperti pabrik semen. Ini tidak hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga mendukung ketahanan energi nasional.


Proses RDF dilakukan dengan cara mengeringkan sampah guna menurunkan kadar airnya dan meningkatkan nilai kalor, sehingga hasil akhirnya bisa dibakar dan menghasilkan energi.


Menurut Andi Sudirman, program ini merupakan bagian dari strategi Pemerintah Pusat dalam mengembangkan Clean Energy System berbasis infrastruktur. Gagasan tersebut juga telah dibahas bersama Kementerian terkait dan mendapat dukungan untuk diterapkan secara luas di beberapa kota besar.


“Kami berharap Makassar dapat masuk sebagai kota percontohan nasional bersama kota-kota lain. Kalau nanti ada kota yang jadi model pengembangan, semoga Makassar bisa jadi salah satunya,” tambahnya.


Isu persampahan memang menjadi tantangan serius di kota-kota besar, termasuk Makassar yang terus berkembang pesat. Volume sampah yang terus meningkat memerlukan sistem pengelolaan yang cerdas dan berkelanjutan.


Gubernur mengingatkan bahwa masalah lingkungan tidak bisa dianggap remeh. Ia menekankan agar Pemerintah Kota Makassar memberikan perhatian serius terhadap solusi pengelolaan sampah secara menyeluruh.


“Isu lingkungan ini penting, Pak Wali. Penduduk terus bertambah, sampah pun ikut meningkat. Kalau sampah tidak ditangani dengan baik, akan jadi masalah besar. Kita tidak boleh hanya fokus pada pertumbuhan, tapi juga pada dampaknya,” tegasnya.


Keberadaan RDF diharapkan menjadi solusi konkret yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berpotensi menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Teknologi ini dianggap aman dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan.


Selain itu, RDF juga dapat menjadi peluang bisnis baru dalam sektor energi terbarukan. Dengan pengelolaan yang tepat, sampah yang sebelumnya menjadi beban, kini bisa menjadi berkah bagi pembangunan kota.


Menurut data Pemprov, saat ini terdapat sekitar 26 hektar lahan di TPA Antang yang bisa dimanfaatkan untuk proyek RDF. Potensi kebutuhan sampah harian untuk proses ini mencapai minimal 1.200 ton.


“Untuk menjalankan RDF secara optimal, kita butuh minimal 900 ton sampah. Sisanya 300 ton diperlukan untuk penguatan alat dan operasional. Estimasi biaya pengadaan alat mencapai lebih dari Rp10 miliar,” ungkapnya.


Gubernur meyakini bahwa investasi ini sebanding dengan dampak positif yang akan dirasakan oleh masyarakat. RDF diyakini bisa menjadi solusi jangka panjang bagi pengelolaan sampah di Makassar.


“Ini solusi besar untuk kota besar seperti Makassar. Kalau kita bisa jalankan ini dengan baik, maka ke depan, Makassar bisa menjadi pelopor pengelolaan sampah modern di Indonesia,” tutup Andi Sudirman.


Yahya*