Muliainfo.com. Maros – Pencarian panjang yang penuh harapan akhirnya berakhir dengan duka. Setelah tiga hari upaya intensif, korban terakhir tragedi air bah di Sungai Wisata Bislab, Dusun Pattunuang, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, ditemukan. Syadsya (19), seorang mahasiswa asal Mallawa, ditemukan tersangkut di akar pohon sekitar 3 kilometer dari lokasi awal kejadian, tepatnya di sekitar Jembatan Ta’deang, pada Jumat (24/1) pukul 09.00 WITA.
Jenazah Syadsya langsung dievakuasi ke RSUD dr. La Palaloi, Kabupaten Maros, untuk pemeriksaan lebih lanjut sebelum diserahkan kepada keluarga yang tengah berduka. Penemuan ini menandai akhir dari proses pencarian yang melibatkan tim gabungan Basarnas, BPBD, TNI, Polri, serta relawan.
*Pesan Belasungkawa dan Edukasi dari Kapolsek Bantimurung*
Kapolsek Bantimurung, AKP Hj. Ema Ratna AR, menyampaikan duka mendalam atas tragedi ini. Ia juga mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada saat berada di kawasan wisata alam, terutama pada musim hujan.
“Kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban. Semoga mereka diberi ketabahan dan kekuatan menghadapi cobaan ini. Tragedi ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan. Keselamatan harus menjadi prioritas utama. Kami mengimbau masyarakat untuk selalu memantau kondisi cuaca sebelum beraktivitas di tempat-tempat yang rawan bencana, seperti sungai atau kawasan wisata lainnya,” ujarnya.
*Kilas Balik Peristiwa Tragis*
Kejadian tragis ini terjadi pada Kamis (22/1) pukul 17.30 WITA, saat enam mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) melakukan survei lokasi untuk kegiatan kampus di kawasan wisata Bislab Pattunuang. Dalam perjalanan pulang, mereka dihantam air bah yang tiba-tiba datang dari hulu sungai.
Tiga mahasiswa berhasil menyelamatkan diri, namun tiga lainnya menjadi korban. Jane (19), Resky (21), dan Syadsya (19) ditemukan meninggal dunia di lokasi yang berbeda. Jane ditemukan pada Kamis malam di aliran sungai belakang SPBU Pattunuang, sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian. Resky ditemukan beberapa jam kemudian, sekitar 500 meter dari titik awal insiden.
*Pelajaran dari Alam: Pentingnya Kesadaran dan Pengawasan*
Tragedi ini mengingatkan kita pada insiden serupa yang terjadi di lokasi yang sama pada tahun 2018, ketika tiga pelajar asal Maros kehilangan nyawa akibat air bah. Fenomena alam yang tidak dapat diprediksi ini menuntut kewaspadaan dan pengawasan lebih ketat di kawasan wisata alam.
“Kami akan meningkatkan pengawasan di kawasan wisata ini dan memasang lebih banyak tanda peringatan. Kesadaran bersama antara masyarakat, pengelola wisata, dan pihak terkait sangat penting untuk mencegah tragedi serupa terjadi lagi,” tambah AKP Hj. Ema Ratna AR.
*Doa dan Harapan untuk Korban dan Keluarga*
Di tengah duka yang mendalam, keluarga korban berharap tragedi ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. “Kehilangan ini sangat berat bagi kami, tapi kami percaya mereka kini berada di tempat yang lebih baik. Kami berharap tidak ada lagi yang mengalami hal seperti ini,” ungkap salah seorang keluarga.
Dengan berakhirnya proses pencarian, masyarakat diajak untuk lebih peduli terhadap keselamatan saat berwisata, khususnya di kawasan rawan bencana, terlebih saat musim hujan. Tragedi ini menyisakan luka mendalam, namun juga menjadi pengingat kuat akan pentingnya keselamatan di alam bebas. (Syamsir)